JAMUR TIRAM

SELAMAT DATANG DI PUSAT JAMUR TIRAM SUMATERA BARAT ...!!!

Selasa, 14 Februari 2012

Habitat Hidup Jamur Tiram

  Habitat Hidup Jamur Tiram




  1.    Syarat Tumbuh
Sebelum mamulai budidaya jamur tiram, pelajari dulu karakteristik yang harus di penuhi terhadap habitad atau kondisi lingkungan seperti apa jamur bias hidup, tumbuh, dan berkembang. Karena setiap tumbuhan membutuhkan persyaratan-persyaratan yang berbeda satu sama lain, demikian pula terhadap jamur tiram. Hal ini dimaksudkan supaya jamur tiram dapat tumbuh secara optimal tanpa mengalami kegagalan.
Budidaya jamur tiram memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai,baik temperatu (suhu), kelembaban, keasaman, cahaya, nutrisi, serta kandungan air. Semakin mendekati kondisi kingkungan yang alami, pertumbuhan jamur tiram semakin baik.

1.      Lokasi
Apabila dapat di upayakan, sebaiknya budidaya jamur tiram di pilih lokasi atau daerah yang memiliki ketinggian antara 400-800m dari permukaan laut(dpl). Namun tidak tertutup kemungkinan, jamur tiram dapat tumbuh pada lokasi dataran rendah yang memiliki lingkungan beriklim dingin(sejuk), dan jauh dari polusi. Akan sangat bmenunjang apabila berada pada lokasi yang memiliki tingkat kelembaban cukup atau dekat pepohonan besar.
2.      Temperatur
Kisaran temperetur (suhu) untuk pertumbuhan jamur tiram adalah 15-30 0C. Sementara itutemperetur optimum yang di perlukan adalah berkisar antara 22-28 0C. Diupayakan temperetur lingkungag di sekitar tumbuh jamur atau bedengan selalu dalam keadaan stabil, supaya pertumbuhan  dan perkembangan tidak terganggu. Selama budidaya, dari mulai menanam bibit sampai menjelang panen, suhu ruangan harus di pantau terus-menerus. Hal ini bertujuan supaya kisaran suhu yang di butuhkan jamur terpenuhi.
Untuk mengetahui secara pasti keakuratan suhu, dapat menggunakan thermometer dan disaran kan jangan menggunakan perasaan, nanti akan berakibat fatal, atau pertumbuhan terganggu.Namun demikian, bagi pekebun jamur yang suda berpengalaman cukup lama, tanpa bantuan thermometer dapat diketahui apakah suhu sudah sesuai atau belum dangan menggunakan perasaan.
3.      Kelembaban
Kelembaban udara berpengaruh pada pertumbuhan jamur tiram, cepat atau lambat, sehat atau tidak sehat pertumbuhannya. Kelembaban memang peran penting, sehingga harus diperhatikan. Pada pembentukan tubuh buah, membutuhkan kelembaban relative 80%.
Saat induksi primordian dibutuhkan kelembaban udara sebesar 95%. Meski demikian, jamur tiram cukup toleran terhadap kelembaban hingga 70%. Perbedaan ini meskipun sama-sama hidup, tumbuh dan berkembang, namun pengaruhnya terhadap kecepatan tumbuh dan kualitas yang dihasilkan.
Kelembaban yang kurang memenuhi syarat dapat di perbaiki dengan menggunakan cara lain. Cara tersebut yaitu apabila tampat budidaya pada daerah yang panas, usahakan dekat dengan pepohinan besar, dan media (dalam hal ini bag log/ polibag) harus sering di siram air. Pada prinsipnya dibantu dengan metode buatan. Biasanya yang sering dialami pekabun yang masih baru, pada budidaya tahap awal, sulit untuk mangetahui kelembaban yang pasti, apakah sudah sesuai atau belum. Untuk mengatasi hal itu, satu-satunya cara yang baik dan benar adalah menggunakan alat  untuk mengukur kelembaban, yakni hygrometer. Higrometer dipasang di dalam rumah jamur.
4.      Keasaman (PH)
Media yang terlalu asam atau terlalu basa dapat menyebabkan pertumbuhan miselium dan tumbuh buah terhambat.Pertumbuhan miselium dan tubuh buah jamur tiram yang ideal pada PH optimum antara 4 sampai 6. Jika PH diatas 6,0 pertumbuhan jamur tiram jadi kurang bagus. Untuk mengukur secara tepat dan banar keasaman atau ke basaan dapat menggunakan PH meter, namun perlu dikatahui bahwa alat tersebut relative mahal.
5.      Kandungan Air
Kandungan air dalam media pertumbuhan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan miselium maupun perkembangan tubuh buah.Jamur tiram memerlukan subtract tubuh dangan kandungan  air lebih kurang 75%.
6.      Nutrisi
Seperti halnya tumbuhan lain, jamur tiram juga memerlukan nutrisi dalam bentuk unsure hara seperti N,F,S,C dan beberapa unsure penting lainnya. Dalam media tanam, sebenarnya unsure tersebut sudah tersedia walaupun tidak banyak yang di butuhkan.Jamur tidak dapat menggunakan energi matahari seperti tumbuhan yang berklorofil untuk proses biologi, tetapi menghasilkan sebuah enzim ekstraseluler yang dapat mengdegradasikan senyawa kompleks yang dapat larut dan kamudian diserap jamur untuk nutrisi. Unsur terpenting dari media lignoselu-lose yang di gunakan untuk budidaya jamur ialah selulosa, hemi selulosa dan lignin.
7.      Cahaya
Jamur tiram sangat sensitive terhadap cahaya sinar matahari terutama cahaya sinar matahari langsung.Budi daya jamur sangat tidak cocok di daerah sangat panas, baik panas langsung maupun yang tidak langsung. Oleh sebab itu, biasanya rumah jamur dibuat sedemikian rupa tertutup. Sekalipun ada lubang fentilasinya, fungsinya hanya sekedar silkulasi udara atau terkena efek sinar matahari yang tidak dapat di hindari secara langsung.
8.      Media Tumbuh/Tanam
Jamur tiram pada umumnya dapat tumbuh di berbagai media, baik secara alami (batang pohon berkayu) maupun media lain, seperti serbuk kayu, jerami padi, alanh-alang, sisa kertas, ampas tebu, kul;it kacang dan bahan media lainnya. Karena banyaknya media tumbuh atau  media tanam, sebaiknya pilihlah media yang paling efisien, mudah di dapat, harganya murah dan hasil produksinya sangat optimal.
Dari pemantauan, para pekebun jamur tiram menggunakan media dari serbuk kayu(gergaji) dan jerami padi. Dua bahan tersebut mudah diusahakan dan harganya murah, tanpa mengurangi produktivitas maupun mutu jamur itu sendiri. Bahan baku media serbuk kayu maupun jerami itu sendiri masih ditambah formula lain, yang umum terdiri atas bekatul, kapur kawur, gips, pupuk TPS, dan kapas.
Dahulu budidaya jamur secara umum masih menggunakan media tanaman dari pohon berkayu. Batang pohon tersebut di potong-potong antara 8 sampai 120 cm, dilubangi dengan jarak tertentu dan bibit ditanam pada lubang tersebut, namun ternyata bahan media tumbuh membutuhkan lahan atau tempat tanam yang luas, sehingga cara tersebut ditinggalkan. Cara tersebut diganti dengan cara yang lebih praktis dan efisien, ternyata hasilnya tidak kalah, malahan lebih ekonomis bagi jamur tiram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar